MURNI, SEJATI, SEMPURNA, DAN ABADI

cintaloveDengan cinta membuat orang tertawa bahagia, dengan cinta pula membuat orang menangis tersedu-sedu. Sepanjang kehidupan tumbuh di bumi, cinta akan tetap bersemai dan tumbuh-kembang setiap saat. Tanpa cinta, kehidupan akan berhenti. Bayangkan, matahari sudah tidak lagi mencintai bumi, maka dia berhenti memancarkan cahayanya ke bumi. Bagaimana rasa manusia sudah tidak saling mencintai, maka terputuslah regenerasi yang elegan. Cinta diturunkan ke muka bumi tidak hanya sebatas menumbuhkan tanaman, tetapi untuk menumbuhkan hati agar berada di ruang yang sarat ketenangan.

Jika cinta disuntikkan dalam aktivitasmu, maka Anda akan mendapati aktivitas itu begitu berkesan dan terpahat indah ke dalam hati. Kalau Anda bertemu dengan orang yang kau cintai, niscaya hatimu akan turut tergetar mendapati jagat ini dipenuhi ketakjuban. Segala hal yang diramu dengan cinta akan selalu berkesan.

Mungkin Anda bisa belajar pada Taj Mahal yang didirikan sebagai prasasti cinta seorang raja pada ratu. Prasasti itu berkesan sepanjang masa lantaran dilahirkan dari spirit cinta yang tak ada duanya. Ka’bah, yang kemudian dijadikan kiblat bagi umat Islam saat ini, juga dibangun atas dasar cinta yang sangat kuat dari Nabi Ibrahim AS pada Allah SWT. Dan setiap prasasti yang dibangun dengan modal cinta yang tulus, niscaya akan lebih langgeng dan abadi.

Terkait cinta lelaki dan perempuan, maka kita akan mendapati betapa kuat dan ajaibnya cinta Nabi Adam AS pada Sayyidah Hawa. Andai cinta seluruh lelaki pada istrinya di jagat ini dihimpun lalu ditimbang dengan cinta beliau berdua, maka sungguh cinta Nabi Adam AS pada Sayyidah Hawa akan lebih berat daripada cinta seluruh makhluk di bumi ini. Banyak kisah cinta yang begitu memukau, dan selalu membuat orang haus untuk bisa mencicipi akan kesejatian cinta. Karena kesejatian cinta sendiri akan mengantarkan manusia merasa tenteram bersama dengan Allah.

Setahun ini kita dibuat kagum dengan rajutan cinta antara Habibie-Ainun.  Dari kedua insane ini, kita mendapati kesan betapa sakralnya cinta yang dibangun diantara keduanya, sehingga melampaui kematian. Kendati, ibu Ainun telah dikalang tanah, tetapi cinta Habibie masih tetap mengabadi dalam sanubarinya, sehingga tak ada perempuan lain yang bisa menggantikan posisinya. Sebagai manifestasi rasa cintanya yang begitu kukuh, dengan segenap kerinduan bercampur air mata yang menggelora jiwanya, Habibie menulis sebuah buku yang merajut memoar cinta mereka berdua yang bermula dari SMA, yang mereka rajut hingga kematian menjelangnya.

Filosofi cinta yang dirajut keduanya sangatlah kuat-merekat, menjelma cinta fenomenal yang sakral, suci, kudus yang diperjuangkan agar kekal abadi di surga. Bukan seperti pasangan yang kawin-cerai, seakan tidak menaruh hormat sama sekali pada lembaga perkawinan yang sangat sakral. Tatkala lembaga perkawinan telah diremehkan, maka manusia telah meremehkan agama, mungkinkah manusia bisa mencerap kebahagiaan tanpa melalui spirit agama?

Karena cinta yang murni, sejati, sempurna, dan abadi adalah hasil ramuan iman dan amal shaleh. Nir-iman, mustahil orang bisa merajut cinta yang murni dan abadi, bahkan cinta itu akan memandu orang menuju derita. Tak ayal, kita sering temukan orang yang membangun cinta hanya berdasarkan fisik, bukan iman, justru akan gampang alami keruntuhan. Cinta yang diramu dengan iman, tidak hanya abadi di dunia, insya Allah menjadi jalan untuk menghirup aroma keluarga surgawi.

Saya tersentuh sekali, ketika mendengar kesaksian Habibie, bahwa selama berjuang dengan sakitnya, Ibu Ainun tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu sejalan dengan kemampuan yang terus dibimbing oleh Habibie. Jalinan cinta yang kuat tak hanya membuat Habibie merasakan aroma yang tak bisa lenyap dari penciuman batinnya. Jejak cinta Ainun selalu  mewarnai suasana batinnya. Anda telah menyerap cinta yang murni jika Anda telah bisa mencintai walau dia sudah ghaib, tatkala Anda mencintai tidak hanya saat berada di dunia, bahkan ketika yang kita cintai telah masuk alam baka, cintanya pun menjadi baka. Insya Allah.

Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Leave a comment