TAWADHU’

Tawadhu’ menjadi sifat luhur yang menghiasi perilaku orang-orang luhur. Sayyidina Muhammad yang dikenal sebagai sosok yang sangat agung, tidak pernah meremehkan siapapun, bahkan tatkala ada orang yang memuja-memuja beliau, beliau menanggapi, “saya hanya anak perempuan yang makan roti.”

Bahkan, menurut cerita ketika Sayyidina Muhammad makan menggunakan gaya duduk seperti budak. Kehidupan beliau Saw yang sangat sederhana mencerminkan kualitas tawadhu’ beliau. Beliau tidak pernah membanggakan diri, kecuali memang ada hal yang perlu disampaikan untuk memperkuat keyakinan sahabat tentang kerasulan dan kebenaran misi beliau SAW.

tawadhu'Ada kisah yang menarik tentang Sayyidina Muhammad seperti yang digambarkan dengan indah oleh Annemarie Schemmel. Adalah seorang Yahudi yang dekil, jorok, dan selalu mengotori, berikut meninggalkan kain yang penuh kotoran di dekat tempat tinggal Sayyidina Muhammad. Tingkah itu bertujuan untuk mengejek Nabi yang suci tersebut. Setelah si Yahudi pergi dari tempat itu, tanpa ada kemarahan sedikit pun yang menampak pada wajahnya dan tidak ada beban sedikit pun, beliau membersihkan kain yang penuh kotor itu, berikut tempat yang amat kotor. Respons Nabi Saw yang anggun itu mengilhami orang Yahudi mengucapkan syahadat.

Banyak orang mulia yang saya jumpai selalu menghias dirinya dengan sikap tawadhu’, dia tidak pernah merasakan dirinya memiliki kemuliaan. Karena pada hakikatnya kemuliaan dan keagungan itu hanya milik Allah. Jika orang memandang manusia sebagai zero, justru dia akan dipenuhi yang Maha Tak Terhingga. Hanya ketika orang merasa kosong yang bakal diisi oleh-Nya, dan hanya orang yang merasa bodoh yang justru akan dipancari pencerahan. Dan tanda kemuliaan telah tumbuh-berbuah pada diri seseorang, dia akan selalu bersikap tawadhu’ pada siapapun yang dijumpai. Continue reading