MENCARI DIRI, MENEMUKAN TUHAN

kneal dir“Dan di dalam dirimu, apakah kau tidak melihatnya”

(QS. Az-Zariat [51]:21)

Kita berusaha menyelam ke lautan diri kita sendiri, niscaya kita akan menemukan damai, cinta, kebahagiaan bersemi disana. Di sanalah, kau akan mendapati banyak khazanah kebahagiaan tersimpan. Hanya saja karena perhatian Anda selama ini lebih tertuju pada permukaan, Anda tak kunjung menemukan kebahagiaan.

Kalau Anda mendapati kebahagiaan yang bersembunyi dalam diri Anda, maka seluruh realitas yang mengejawantah di luar Anda akan mentransfer kebahagiaan. Akan tetapi, kalau Anda belum mengenali esensi diri Anda, maka Anda akan terjebak pada salah tafsir akan peristiwa dan kejadian, bahkan Anda menilai peristiwa dan kejadian menyimpan keburukan semata-mata. Perspektif yang berakar pada kesalahan mengenali diri sendiri akan berakibat pada berhimpun derita dalam hati Anda.

Lantas, bagaimana Anda bisa menemukan diri Anda? Diri kita sejatinya sudah ada, tak perlu diciptakan atau diproyeksikan. Mungkin Anda bisa merancang masa depan Anda, ketahuilah masa depan Anda tidak pernah lepas dari blue print (cetak biru) yang dibuat oleh Allah. Dan cetak biru Allah tidak ada yang bisa mengubahnya.

Anda tidak perlu menyibukkan diri untuk mengisi hari-hari Anda dengan bagaimana Anda “mengonceki” orang lain, tetapi berusaha menyelami palung diri Anda sendiri, sehingga Anda temukan titik lemah dan potensi yang bersemi pada diri Anda. Bahkan mengerti potensi dan kelemahan Anda masih berada di tataran lapisan kedua, Anda perlu mengetahui lebih mendalam siapa diri Anda yang sebenarnya, yang membuat Anda bisa menyalakan potensi spiritual yang Allah anugerahkan pada Anda.

Kalau Anda mengenali bakat dan potensi intelektual Anda, sebagai potensi terluar, berikutnya Anda menyelam lebih dalam untuk mengetahui potensi emosional Anda, dan berikutnya Anda digiring untuk menemukan potensi spiritual. Tatkala Anda telah menemukan potensi spiritual ini, Anda akan berhasil mendulang kebahagiaan yang Anda rindukan selama ini.

Banyak orang salah mengenali diri Anda sendiri. Orang melakukan perjalanan untuk mengenali diri sendiri. Apa yang mereka kenal tentang diri mereka sendiri?

Pertama, orang mengenali dirinya yang fisik. Karena dia mengenali dirinya hanya yang fisik, mereka berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, perlahan-lahan semakin tumbuh rasa cinta terhadap fisiknya. Tak ayal, kita temukan banyak orang memenuhi salon-salon kecantikan, karena takut kecantikannya terenggut oleh usia, walau kecantikan tanpa bisa dihindari terus mengalami penurunan kualitasnya. Jika orang telah terjebak pada pemahaman bahwa dirinya yang fisik, maka dia terdekam dalam derita. Bukankah seiring berjalannya waktu, tubuhnya semakin rapuh, lemah, dan vitalitas semakin berkurang, atau mungkin kecantikan semakin memudar.

Tatkala orang mencintai fisiknya, boleh jadi dia akan terjerat depresi, lantaran mendapati fisik semakin tidak mampu diandalkan. Seperti halnya, seorang artis yang pada saat mudanya telah berhasil menyihir penggemarnya dengan kecantikan fisik dan kelincahan geraknya. Kalau sebelumnya Anda bisa mengonsumsi makanan jenis apa saja, tetapi seiring semakin menuanya usia, Anda harus menghindari makanan yang menambah asam urat, kolesterol, dan penyakit pun berkunjung semakin banyak. Kita menemui orang yang dikena penyakit kompleksi yang begitu akut, seolah banyak penyakit yang doyan mengunjunginya.

Sadarilah saudaraku, bahwa fisik bukanlah kesejatian diri kita. Karena kalau diri kita identik dengan fisik, mengapa orang yang direnggut nyawa dan ruh dari tubuhnya disebut orang yang meninggal dunia? Padahal kita mengetahui bersama bahwa fisiknya masih terbujur di hadapan Anda. Selain itu, jika Anda yang hakiki adalah fisik, Anda mengalami pertumbuhan dan perubahan, dulu fisik Anda kecil, sekarang sudah bertumbuh besar, dulu Anda berpenampilan ingusan, sekarang terkesan rapi dan anggun. Selain itu, fisik bukanlah yang hakiki buktinya orang tak pernah bisa mempertahankan dirinya.

Kedua, memandang bahwa diri adalah kepribadian. Ketahuilah kepribadian juga mengalami perubahan, mungkin ada orang yang dulunya sebagai pemarah, tetapi sekarang menjadi orang yang super penyabar. Dulu, Anda mungkin sangat menyukai sebuah aktivitas, tetapi sekarang Anda sangat membenci karena mungkin mewariskan jejak negatif dalam hidup Anda. Dulu ada orang yang suka tertawa dan pesta ria, sekarang malah menjadi pendiam dan suka menyendiri. Kalau begitu kepribadian bukan diri kita yang sejati.

Ketiga, kalau Anda menguliti lapis demi lapis kedirian Anda, maka akhirnya kau akan menemukan diri Anda yang sejati. Guru saya menyuguhkan sebuah contoh, orang yang mengupas bawang lapis demi lapis, sehingga seluruh lapisan itu terkelupas, tak ada sisa sedikit pun. Ketahuilah, bahwa bukan berarti tidak ada apa-apa, tetapi ada hal yang tak bisa dilihat oleh mikroskop sekalipun. Itulah yang disebut hidup.

Dan kalau Anda mengenali hidupnya bawang, maka pandangan Anda akan tertuju pada hidup yang universal. Sehingga timbul keyakinan yang kukuh bahwa hidupnya bawang, sama dengan hidupnya hewan, dan bahkan Anda. Ya, kehidupan ini satu, tak bisa dipisahkan satu sama lain. Makanya, siapa yang menciderai satu makhluk, sama halnya menciderai diri sendiri. Guru saya mengumpamakan seperti adanya es lilin, es godir, es balok dan sebagainya hanya bentuknya saja, tetapi tunggulah ketika es itu sama-sama mencair akan kembali pada asalnya, yakni air. Atau seperti ada lampu, kipas, TV, juga kulkas, kalau dilihat dari bentuk luarnya seakan berbeda, tetapi ketahuilah semua itu digerakkan oleh tenaga listrik.

Kalau orang telah menyelam di lautan kehidupan universal ini, niscaya akan timbul belas kasih yang meluas pada sesama dan kehidupan ini. Dan orang yang telah mengenali akan dirinya yang hakiki, justru akan bangkit pengenalannya terhadap Allah. Menyadari bahwa dirinya tidak pernah berpisah dari Allah SWT, seperti tidak bisa dipisahkan cahaya dari matahari, gelang dari emas, gelombang dari laut. Ketahuilah, cahaya tidak identik dengan matahari, karena ada cahaya yang tidak memancar dari matahari, tetapi ketahuilah cahaya itu tidak bisa berpisah dari matahari. Pun kita, kita tidak identik dengan Allah, tetapi kita tidak bisa berpisah dari Allah, seperti tidak bisa berpisahnya cahaya dari matahari. Kita hanyalah diadakan, bukan ada yang sebenarnya. Ada yang hakiki hanyalah Allah.

Kau melayani orang lain sama halnya melayani diri Anda sendiri, dan pelayanan Anda pada kehidupan akan dipersembahkan pada Allah SWT. Bagi orang telah berada di tataran hidup universal, berarti telah menyatu dengan Allah SWT. Dia tidak berpisah dengan Allah, dan tak ada lagi separasi pelayanan dia pada Allah dan pada makhluk-Nya. Kalau dia melayani makhluk sebagia refleksi pelayanannya pada Allah.

Khalili Anwar, Penutur dari jalan Cahaya

Leave a comment