CAHAYA SEMESTA

cahayaJika menonton televisi, kita akan menyaksikan gambar-gambar terpampang indah di layar itu. Mungkin Anda lihat gambar manusia, hewan, pepohonan dan segala macam anasir. Ketahuilah gambar-gambar itu tampil karena ada layar, dan juga cahaya. Yang menampakkan gambar itu adalah cahaya. Andaikan tak ada cahaya yang memancar, gambar-gambar itu tidak akan terlihat.

Begitulah, seluruh dimensi yang melekat di alam semesta ini ditampakkan oleh cahaya, dan cahaya itu adalah Nur Muhammadiyah. Tanpa kehadiran Nur Muhammadiyah, tidak akan tercipta semesta. Saya dan Anda tidak akan pernah mewujud ke alam semesta. Allah berfirman, “Kalau tidak karena Muhammad tidak Aku ciptakan Adam, surga, dan neraka.”

Kalau begitu, kita sangat berhutang budi pada cahaya muhammadiyah ini, tanpa adanya cahaya itu kita tidak akan pernah mewujud ke alam semesta. Cahaya Muhammadiyah ini sebagai alasan dan tujuan diciptakan semesta. Itu artinya, pangkal kehidupan ini adalah cahaya Muhammadiyah, pun buah kehidupan mengkristalisasi pada ruhul Muhammadiyah. Kalau Anda melihat biji, dalam biji sejatinya merangkum gambaran tentang pohon, dan kemudian pada pohon terlahir buah yang memiliki biji.

Kalau begitu, bisa disimpulkan dalam biji ada pohon, dan pada pohon ada biji. Beliau adalah sosok yang paling sempurna ketakwaannya, dan karena beliau adalah orang yang paling bertakwa, beliau pula orang yang paling berbahagia dalam hidupnya.

Yang menunjukkan bahwa Sayyidina Muhammad adalah cahaya seperti terbabar dalam firman Allah, “Sungguh telah datang dari Allah cahaya dan kitab yang nyata.” (QS. Al-Maidah [5]: 15).

Nur dalam konteks ayat di atas adalah Sayyidina Muhammad Saw. Bukankah setiap orang mendamba dan merindukan cahaya, karena tanpa cahaya orang akan terbelenggu dalam kegelapan. Mungkinkah orang bisa merangkai kebahagiaan di tengah kegelapan? Hanya cahaya yang bisa menerangi orang menggapai kebahagiaan hakiki dan abadi.

Lantas bagaimaan Anda bisa mengakses dan mencerap Nur Muhammadiyah?

Pertama, menangkap dengan kesadaran. Dalam kelalaian orang belum bisa menyapa cahaya, karena kelalaian sendiri identik dengan kegelapan. Apa kesadaran inti yang harus dinyalakan dalam diri manusia? Kesadaran akan siapa diri kita. Jika Anda menyadari akan kesejatian diri Anda, berikutnya Anda menyerap kesadaran siapa Allah dan Sayyidina Muhammad Saw. Kalau Anda telah menemukan terang tentang dirimu sendiri akan mengantar Anda menemukan terang tentang Allah. Kesadaran menjadi daya sentak agar Anda bisa melakukan transformasi cara pandang.

Terkait dengan diri sendiri, kita akan menyadari bahwa diri ini hanyalah sebagai hamba Allah. Dan Allah adalah sebagai Tuhan Yang Maha Menciptakan dan Memelihara kehidupan. Adapun Sayyidina Muhammad sebagai penghubung antara Allah dan makhluk. Kesadaran akan siapa diri menjadi titik awal orang untuk bisa menyapa cahaya.

Kedua, tobat. Bertobat sebuah gerakan kembali menuju kemurnian. Allah mencintai orang-orang yang bertobat karena telah kembali pada sumber kemurnian, yakni Allah SWT. Bertobat disini berarti melakukan perubahan fundamental pasca mengenali akan esensi dirinya. Tobat sendiri menjadi cara untuk menjaring kasih sayang Allah yang melimpah. Sayyidina Muhammad Saw bersabda, “orang yang bertobat itu adalah kekasih Allah, dan orang yang bertobat seperti orang yang tidak memiliki dosa.”

Dan orang yang bertobat, berarti telah lenyap kotoran yang melekat pada dirinya. Tobat sebagai jalan memurnikan diri, sehingga cahaya bisa ditangkap oleh hati kita.

Ketiga, mujahadah. Mujahadah sebagai laku spiritual untuk mengondisikan ketenangan dalam hati. Bayangkan, andaikan kolam itu sudah bersih tetapi tidak tenang, maka ia belum bisa memantulkan cahaya matahari yang gilang-gemilang tersebut. Apa saja laku spiritual yang harus dijalani Anda untuk menenangkan “kolam” hati? Ada 4 rukun mujahadah, yakni mengurangi makan-minum dengan berpuasa, mengurangi tidur dengan jaga malam, mengurangi pergaulan duniawi dengan uzlah, dan mengurangi berbicara dengan diam. Keempat rukun mujahadah tersebut sangat ampuh untuk menenangkan hati, dan mengurangi kecintaan manusia terhadap dunia. Karena yang membuat orang selalu dibelenggu ketidaktenangan adalah kecintaan yang berlebihan terhadap dunia.

Keempat, muhasabah dan muroqabah. Ketahuilah, walau kolam itu sudah menghadap pada cahaya, bersih, dan tenang, juga tidak akan bisa memantulkan cahaya matahari kalau masih ada naungan yang menghalangi. Adapun naungan yang menghalangi orang untuk memantulkan cahaya muhammadiyah adalah keakuan. Sepanjang keakuan masih berdiri kukuh pada diri manusia, maka dia tidak akan pernah bisa menangkap cahaya tersebut. Maka ada jalan untuk memupus keakuan, antara lain melalui muhasabah. Muhasabah adalah menengok dan menelisik keburukan diri menjadi jalan untuk memandu kita agar tidak terperangkap pada perilaku mengangung-agungkan diri sendiri. Bukankah tumbuhnya kesombongan lantaran orang melihat ada kesucian dalam dirinya. Akan tetapi, ketika ada keburukan atau kelemahan yang melekat pada dirinya, dia akan berlari menuju Allah SWT yang bisa membersihkan hatinya.

Selain dilakukan muhasabah dengan ketat, sang salik juga berusaha terus menghadap pada Allah melalui jalan tafakkur, tazakkur, dan tasyakkur. Tafakkur sebagai jalan paling super untuk bisa memangkas dan memupus keakuan yang ada pada diri manusia, yakni jalan merenungi diri sendiri, sehingga yang tersisa kita hanya mendapati Allah sebagai satu-satunya yang Ada. Adapun tadzakkur adalah berzikir sebagai jalan menumbuhkan cinta zauqi pada Allah SWT, dan ini menjadi jalan untuk melebur dengan kesadaran ilahiyah. Dan tasyakkur yakni jalan berkhidmat, yakni membelakangi kepentingan diri menghadap kepentingan makhluk, sehingga dia akan diantarkan untuk menghadap yang sejati. Bersamaan dengan timbulnya kesadaran bahwa siapa yang melayani makhluk berarti malayani Allah.

Jika Anda telah menggapai 4 hal tersebut, yakni kesadaran akan diri dan Tuhan, bertobat sebagai pembersih hati, mujahadah sebagai pembangun ketenangan dalam hati, dan berikut dihadirkan penghancur halangan hati untuk bisa mengakses cahaya berupa keakuan dengan cara muhasabah dan muroqabah, maka disitulah manusia bisa memantulkan cahaya secara cemerlang. Insya Allah.

Leave a comment