MERDEKA ADALAH KEINGINAN TERTINGGI

merdekaMerdeka menjadi ekspektasi puncak manusia, tanpa kemerdekaan maka seluruh kemewahan hidup yang diraih tidak kung mewariskan kebahagiaan hakiki dalam hati. Dalam kemerdekaan tersimpan kebahagiaan. Yang dimaksud kemerdekaan disini adalah kemerdekaan hati nurani dari penjajahan hawa nafsu yang jahat.

Adalah karyawan yang dibayar oleh perusahaan agar bisa mencurahkan segenap waktu, pikiran, dan tenaganya untuk perusahaan. Tak ayal, dia pun diperankan sebagai mesin yang bisa melipatgandakan produksi perusahaan, dan seakan setiap masalah perusahaan bisa diselesaikan melalui tangan terampilnya.

Dia telah memeroleh segala-galanya dari kemewahan dunia, tetapi dia tidak mendapati kemerdekaan hidup oleh karena rantai perusahaan yang sangat kuat membelenggunya, walhasil dia tidak cukup menangguk kebahagiaan.

Seperti budak yang disuruh menampilkan senyum paling indah, tetapi dalam batinnya mengendap gumpalan penderitaan yang luar biasa. Sebuah senyum yang digerakkan oleh ancaman. Tak jarang, kita temukan senyum yang terlihat sangat dipaksakan, tidak berasal dari lubuk hatinya terdalam. Tak ada ketulusan yang ditangkap dari gerak senyum dan  bibirnya, karena memang pada mulanya dia ingin memeroleh apresiasi dari pelanggan, dan tujuan akhir adalah uang.

Anda melihat orang yang mendapatkan kedudukan tinggi, seperti menjadi pejabat, tokoh popular seakan berbalutkan kebahagiaan, karena dimana-mana memeroleh apresiasi dan penghormatan orang lain. Tetapi, realitasnya banyak orang melalui jabatan yang diduduki, malah terjebak dalam kubangan derita yang sangat dalam. Bahkan popularitas, katanya bisa membikin orang selalu dalam kebahagiaan semesta, tetapi nyatanya mereka kosong dari kebahagiaan, terbukti mereka menghabiskan waktunya untuk menelan pil penenang, berupa narkotika dan ekstasi. Dilihat begitu mahalnya kedua pil tersebut, tentu saja pengonsumsinya bukan dari kalangan menengah ke bawah, tetapi orang yang telah kaya.
Sadarilah saudaraku, kebahagiaan bukan terpenuhi aksesoris luaran, tetapi seberapa besar kekuatan dirinya mampu mengendalikan hawa nafsu. Makin terampil Anda menguasai hawa nafsu, insya Allah akan semakin cerlang kebahagiaan yang dirasakan.

Makanya Anda tidak bisa menyimpulkan kualitas dan volume kebahagiaan setiap pribadi manusia. Mungkin orang yang tidak pernah menangguk kekayaan berpikir bahwa orang kaya adalah orang yang bahagia. Padahal, tak terbayangkan jika ada orang yang kaya ternyata sering mencangkul kuburan derita bagi dirinya sendiri.

Kita menyadari bahwa penyebab penderitaan persona lantaran telah terbelenggu oleh keinginan antara yang membikin manusia terhijab dari kebahagiaan. Tapi, jika manusia melompat pada keinginan puncak, yakni menggapai ridha Allah, maka kebahagiaan memancar dari dalam batinnya. Dan orang tidak bisa menggapai ridha Allah kecuali ridha dengan setiap realitas yang disuguhkan Allah dalam hidupnya.

Manakala manusia masih menambatkan keinginan pada selain-Nya, berarti dia membiarkan dirinya terjaring dalam derita. Mengapa demikian, karena kebahagiaan itu adalah milik Allah, maka hanya orang yang mendekatkan dirinya pada Allah yang akan selalu menyerap kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Keinginan melahirkan cinta, kalau Anda begitu mendambakan jabatan, berarti engkau mencintainya.

Kalau Anda mencintai, berarti Anda telah ditarik ke dalam lubang biawak penderitaan. Jika Anda menaruh cinta pada selain-Nya yang tidak dilandasi karena-Nya, saat kau belum mendapatkan akan selalu disandera oleh kekhawatiran yang mencekam. Di satu kutub, harapannya amat besar, tetapi di kutub lain sedang menjalar perasaan khawatir yang amat besar pula. Memang, mencintai selain Dia gampang menularkan stress dan daya tekan pada orang. Berarti tidak ada yang layak kita cintai kecuali Allah SWT. Jika Anda menancapkan cinta satu-satunya pada Allah, maka kebahagiaan akan selalu memancar indah di lubuk hati Anda.

Hanya pencinta Allah yang akan merasakan kemerdekaan sejati, tapi bagi siapapun yang masih kepincut pada selain-Nya, dia akan masih sebatas mendapat bayang-bayang kebahagiaan, berupa  kesenangan, bukan kebahagiaan.

Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Leave a comment