PERJUANGAN LEWAT KATA

menulisKata terbilang sepele karena mudah diucapkan. Walau mudah, kata bisa menjadi penimbang kualitas kepribadian personal. Jika Anda ingin melihat kualitas personal bisa diradar melalui cara dan muatan bicaranya. Kalau muatan pembicaraannya berbobot, insyaAllah menandakan bahwa jiwanya mulia, tetapi kalau kata-kata yang diungkapkan sebangsa makhluk hutan, begitulah takaran dan ukuran orang tersebut.

Saking dahsyatnya pengaruh kata-kata, maka banyak ulama’, pejuang negara yang menghabiskan waktunya untuk menulis, menularkan pencerahan pada rakyat. Tak jarang, melalui tulisan orang akan tersentuh, bergerak, dan melakukan perubahan. Bukankah setiap perubahan itu dimulai dari pemikiran yang bernas, dan pemikiran tak berdampak jika tidak disosialisasikan pada orang lain. Upaya penularannya melalui tulisan, atau pidato yang dituturkan oleh orang-orang hebat. Maka janganlah kau meremehkan setiap kata.

Banyak orang tertarik dan kagum pada seseorang lantaran kata-kata yang menyihir, selalu menghunjam dalam batinnya. Seorang sales berhasil memukau kostumer dengan bermodal kata-kata penuh antusias dan percaya diri, seakan dia sendiri sudah menikmati apa yang dijualnya. Bayangkan, ada orang yang menjual mobil, memerinci fitur-fitur dan nilai tambah mobil itu secara akurat, dan bagaimana rasanya menikmati mobil itu, terpenting calon pembeli nantinya terpancing untuk membeli mobil tersebut. Kendati pada kenyataannya, sang sales belum mampu membeli mobil itu.

Kata-kata yang tertuang dalam tulisan akan lebih kekal, sehingga melintasi zaman ke zaman. Pun kata-kata yang dirajut dalam retorika, insya Allah bisa tetap terjaga melalui alat rekam yang sekarang mudah didapatkan. Alangkah indahnya orang yang bisa memadukan dua kemampuan sekaligus, yakni menulis dan berbicara, sehingga tak ada dibalik setiap hikmah yang dibabarkan, kecuali akan bermanfaat pada generasi berikutnya.

 

Berdakwah Via Tulisan

Banyak ulama yang mempergunakan hari-harinya untuk menuliskan pencerahan yang melimpah di dadanya. Tokoh yang tidak asing di telinga kita, Imam Al-Ghozali yang telah berhasil membidani ratusan buku mencerahkan yang terkenal dengan karya masterpiece-nya Ihya’ Ulumuddin, Imam Nawawi melalui tangannya yang dipenuhi keberkatan tertoreh 500 karya. Adapun karya yang fenomenal adalah Riyadhus Shalihin, Imam Tirmidzi yang membesut karya-karya mengesankan, salah satunya Khotamul Auliya’. Tak kalah agung karya yang disusun oleh Ibnu ‘Athaillah al-Iskandari yang telah menyusun kitab al-Hikam yang mengalir dari hatinya yang bening.

Buya Hamka seorang tokoh yang karya tetap terpatri indah di hati umat, telah melalui hari-harinya untuk menulis. Pemikirannya tetap abadi menyapa setiap zaman anak manusia. Juga di kalangan ulama’ salafus shaleh kita mengenal Kyai Nawawi Al-Bantany, Bisri Mustofa dan beberapa tokoh lainnya yang meninggalkan karya mencengangkan, yang karyanya akan terus menjadi kajian oleh generasi berikutnya.

Melihat tokoh fenomenal yang telah mencurahkan waktunya untuk berbagi inspirasi dengan bangsa lewat tulisan mengilhami saya untuk bisa belajar dan berlatih menulis terus-menerus, walau ilmu saya sendiri amatlah sedikit, tak lebih hanya setetes dari samudera ilmu yang dikuasai oleh ulama’-ulama salafus saleh. Apalagi, saya sendiri hanya seorang murid yang terus berusaha berteduh dan menyelam ke dalam kolam ilmu.

Kini, kita mendapati fasilitas menulis yang tak terbatas, tetapi sedikit sekali generasi muda yang doyan menulis. Kalau dulu orang menulis membutuhkan tinta yang sangat lama untuk menggandakan tulisan, sekarang tinggal mengetik di komputer, langsung muncul di layar komputer apa yang sedang Anda pikirkan. Akan tetapi, tak jarang kemudahan fasilitas yang diberikan pada generasi sekarang tidak cukup memancing kreatifitas. Kreatifitas menulis generasi tetap mandul, termasuk saya sendiri yang masih belum menjadikan menulis sebagai aktivitas yang perlu diseriusi.

Berdakwah melalui tulisan di zaman informasi internet ini sangat dibutuhkan. Tak jarang orang bisa mencerap pencerahan melalui tulisan yang terpampang di laman kita. Yang terpenting harus tetap dijaga keikhlasan dalam menyuguhkan sajian ide di internet, semoga melalui keterampilan otak dan keanggunan hati, tulisan bisa menyentuh dan membawa dampak perubahan bagi pembaca.

Sungguh menjadi keberuntungan yang besar, jika tulisan bisa membangkitkan pencerahan dalam hati manusia, walau itu hanya satu orang. Bukankah hidayah itu lebih utama daripada dunia dan isinya, dan kita akan mendapatkan kebaikan dari orang yang melakukan apa yang kita tunjukkan.

Khalili Anwar, Penutur dari Jalan Cahaya

Leave a comment